Para Capres-Cawapres Dekati Band untuk Dapatkan Dukungan Generasi Pemuda
January 29, 2024 1:10:00 pm, Produced By: Budi Wahyu
Dalam persaingan politik yang semakin kompetitif, para calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) dalam Pemilu 2024 di Indonesia semakin berinovasi dalam kegiatan kampanye. Salah satu strategi yang menarik perhatian adalah medekati band-band ternama untuk tampil dalam acara kampanye. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan lebih banyak suara dan dukungan dari generasi milenial dan Z, yang berpotensi memiliki pengaruh yang signifikan dalam hasil pemilihan.
Seperti yang dilakukan pasangan Ganjar-Mahfud yang mendapatkan dukungan dari grup musik cadas Slank, kemudian diikuti Anies-Muhaimin yang khusus menyambangi Raja Dangdut H Rhoma Irama yang pemuzik dan penyanyi dangdut.
Sebelumnya pada Desember lalu, Capres Prabowo Subianto tampil diatas panggung konser Dewa19 dan membuka baju biru mudanya dan melemparkannya ke penonton. Prabowo kemudian menangkat kedua tanggannya dan menunjukkan 2 jari ke arah penonton.
Keputusan Capres-Cawapres untuk melibatkan band-band ternama dalam kampanye mereka memiliki alasan yang kuat. Generasi milenial dan Z merupakan sebagian besar pemilih potensial dalam Pemilu mendatang. Mereka adalah generasi yang aktif di media sosial, berpengaruh dalam menentukan tren dan opini. Dengan menarik band-band ternama untuk tampil dalam acara kampanye, para Capres-Cawapres berharap dapat menarik perhatian generasi muda, menjalin ikatan emosional, dan memperoleh dukungan yang kuat dari mereka.
Selain itu, melibatkan band-band ternama dalam kampanye Capres juga merupakan strategi untuk menciptakan suasana yang energik dan penuh semangat. Musik memiliki kekuatan untuk menggerakkan emosi dan membangun atmosfer yang positif, yang dapat mempengaruhi persepsi dan ikatan emosional pemilih.
Penting untuk dicatat bahwa melibatkan band-band ternama dalam kampanye bukan semata-mata untuk hiburan semata, tapi juga sebagai sarana komunikasi dan pendekatan yang relevan dengan generasi milenial dan Z. Dalam kampanye ini, bukan hanya lagu-lagu populer yang dinyanyikan, tetapi juga pesan-pesan politik yang disampaikan melalui lirik dan penampilan para musisi. Melalui kombinasi musik dan pesan-pesan politik yang disampaikan, para Capres-Cawapres berharap dapat mencapai generasi muda dan mengikat mereka menjadi pendukung yang setia.
Namun, tentu saja, kehadiran band-band ternama dalam kampanye Capres juga memiliki pandangan yang berbeda. Beberapa orang mungkin melihatnya sebagai strategi politik yang hanya memanfaatkan popularitas dan daya tarik musisi untuk tujuan politik. Mereka mungkin menyoroti pentingnya substansi program dan visi-misi calon, bukan hanya penampilan yang menarik.
Selain itu, ada juga kekhawatiran tentang potensi komodifikasi karya seni dan musik untuk kepentingan politik. Ketika band-band ternama terlibat dalam kampanye politik, ada potensi bahwa karya seni dan musik mereka dapat dijadikan sebagai alat propaganda atau dicap sebagai sarana kampanye semata. Oleh karena itu, penting bagi band-band tersebut untuk tetap menjaga integritas artistik mereka dan memastikan bahwa pesan politik yang mereka sampaikan sejalan dengan nilai dan visi mereka sebagai seniman.